Halaman

Senin, 16 Februari 2015

BAJA RINGAN SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF KONSTRUKSI ATAP PENGGANTI KAYU

Perkembangan teknologi bahan bangunan saat ini sangat pesat. Banyak sekali ditemukan bahan-bahan alternatif untuk mendukung kebutuhan material bagunan, khususnya bangunan gedung.
Bagian penting dalam bangunan gedung adalah atap. Atap adalah salah satu penutup bangunan gedung yang berfungsi untuk melindungi penghuni dan bangunan itu sendiri dari cuaca dan angin.
Untuk menunjang terbentuknya atap maka dibutuhkan konstruksi untuk atap. Konstruksi atap yang sering kita ketahui adalah Konstruksi Kayu, Konstuksi Baja dan Konstruksi Beton. Dan saat ini muncul Konstruksi Baja Ringan.
Baja ringan saat ini sudah mulai dikenal masyarakat sebagai bahan alternatif untuk konstruksi atap. Tetapi masyarakat belum mengenal betul tentang kelebihan dan kekurangannya secara spesifik. Oleh karena itu, perlu ada informasi yang baik mengenai baja ringan kepada masyarakat. Dan saat ini pula material kayu yang bagus kualitasnya semakin susah dan harga kayu semakin mahal.
Mengenal Baja Ringan
Baja ringan adalah jenis baja yang terbuat dari logam campuran, terdiri atas beberapa unsur metal. Dibentuk setelah dingin dengan memproses kembali komposisi ataom dan molekulnya, sehingga menjadi baja yang lebih ringan dan fleksibel. Bahan baja yang dipakai adalah baja mutu tinggi (high tension steel).

Produk baja ringan yang ada di pasaran Indonesia dilapisi oleh dua komposisi bahan yang berfungsi sebagai lapisan anti karat. Pertama, galvanis dengan komposisi 98% zinc dan 2% alumunium. Kedua, zincalume dengan komposisi 55% alumunium, 43,5% zinc dan 1,5% silicon. Galvanis yang sebagian besar dibentuk oleh zinc (seng) tahan terhadap korosi air adukan semen, namun tidak tahan terhadap air garam. Sedengakan zincalume, tahan terhadap korosi air garam namun lemah nila terkena air adukan semen.
Standar umum untuk bahan struktural (menanggung beban), ketebalan lapisan alumunium zinc tidak boleh kurang dari 150 gram/m2 (AZ 150), sedangkan untuk lapisan zinc (galvanis) tidak kurang dari 200 gram/m2 (Z200). Ketahanan baja ringan tergantung pada ketebalan lapisan anti karatnya. Di Indonesia ketabalan baja ringan antara 0,4 mm – 1 mm. Meskipun tipis, baja ringan memiliki derajat kekuatan tarik 500 – 550 MPa, sementara baja konvensional sekitar 300 MPa. Untuk rangka atap, standar kualitas baja ringan yang digunakan adalah G550, artinya mempunyai kuat tarik minimal 550 MPa.
Dari uraian teknis diatas dapat disimpulkan bahwa baja ringan mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu: 
  1. Kekuatan lebih dari baja konvensional maupun kayu.
  2. Kerena bobotnya ringan, maka beban yang harus ditanggung oleh struktur dibawahnya lebih rendah.
  3. Baja ringan bersifat tidak mudah terbakar.
  4. Baja ringan hampir teidak memiliki nilai muai dan susut.
  5. Tahan terhadap karat, rayap serta perubahan cuaca dan kelembaban.
  6. Proses desain menggunanakan program computer sesuai dengan pabrikator atau distributor baja ringan.
  7. Pemadangan relatif mudah dan cepat, serta tidak perlu pengelasan.
  8. Pemilihan bentang kuda-kuda bias disesuaikan, yaitu 6 – 8 m (bentang kecil), 8 – 10 m (bentang menengah), 10 – 12 m (bentang besar), dan lebih dari 12 m (bentang khusus).

Sedangkan kekuarangannya adalah :
  1.  Rangka atap baja ringan kurang menarik apabila tidak ada plafon.
  2. Apabila ada salah satu bagian struktur yang salah hitung, maka akan mempengaruhi bagian yang lain.
  3. Rangka atap baja ringan tidak sefleksibel kayu yang muda dibentuk.

Disamping itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan material baja ringan sebagai rangka atap, yaitu:
  1. Material baja ringan yang digunakan harus kuat berdasarkan perhitungan struktur bentuk profilnya.
  2. Hindari jatuhan adukan semen pada profil saat melakukan plesteran dinding atau ketika pemasangan nok genteng. Adukan semen yang jatuh, selain mengganggu kebersihan dan kerapian perangkat kuda-kuda, memiliki daya lekat yang sangat kuat dan padat, yang mengakibatkan kerusakan pad lapisan (coating) material baja ringan tersebut. Lapisan tersebut berfungsi sabagai pelindung material baja ringan dari korosi.
  3. Tidak melakukan goresan terhadap profil rangka atap baja ringan. Proses korosi biasanya akan muncul pad lubang-lubang bekas bos untuk pemasangan sekrup karena dibagian ini lapisan coating telah terkelupas.

Dari uraian-uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat sudah tidak perlu meragukan lagi untuk menggunakan baja ringan sebagai bahan alternatif untuk konstruksi atap menggantikan bahan kayu maupun baja konvensional. Karena mempunyai banyak kelebihan-kelebihan dibandingan dua bahan yang lainnya. Untuk masalah kekurangannya masih bisa diatasi dengan teknik pengerjaan dan analisa-analisa struktur lebih lanjut.

Sumber :
Fajar Nugroho, Agustus 2014 Jurnal Momentum, Vol. 16 No. 2, Baja Ringan sebagai salah    satu altenatif pengganti kayu pada struktur rangka kuda-kuda ditinjau dari segi konstruksi.
www.bajaringan.net , 5 Maret 2014, Cara memilih Baja Ringan yang baik dan benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar