Artikel ini aku ambil dari webnya Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology. Semoga artikel ini bermanfaat untuk para marketing-marketing yang bekerja di lapangan.
Banyak sekali marketing atau perusahaan ingin mendapatkan hasil penjualan yang besar/omzet besar. Banyak cara yang dilakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan teknik Hipnosis yang lebih terkenalnya dengan nama Hipno-Selling.
Sekendar pengetahuan saja, menurut Adi W. Gunawan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknik Hipnoselling :
Pertama, hypnoselling bekerja tidak seperti yang
dibayangkan orang. Umumnya orang berpikir yang namanya hypnoselling itu
seperti yang di televisi. Subjek dihipnosis dan setelah itu apa saja yang
disampaikan oleh hipnotis pasti akan dituruti dan dilakukan oleh subjek. Dalam
hal ini, konsumen pasti membeli apapun produk yang ditawarkan. Pandangan ini
juga mungkin terbentuk oleh informasi salah yang ditulis di satu buku dengan
topik hypnoselling yang ada di pasaran.
Kedua, kalaupun bisa dilakukan seperti yang dijelaskan di atas, ini
namanya manipulasi. Yang demikian itu tidaklah setuju. Pengetahuan mengenai cara
kerja pikiran mestinya digunakan untuk membantu sesama berkembang menjadi
pribadi yang lebih baik, bukan untuk manipulasi dan keuntungan sepihak. Mengapa
kita harus membuat seseorang membeli produk atau jasa yang sebenarnya tidak ia
inginkan atau butuhkan? Bagaimana kalau posisinya dibalik, kita yang dibuat
seperti itu. Bagaimana perasaan kita?
Ketiga, untuk menguasai
teknik hipnosis dengan mata terbuka (waking hypnosis) butuh pengetahuan
mendalam dan waktu yang tidak sedikit. Tidak mungkin hanya dalam pelatihan dua
atau tiga jam, atau sehari, peserta sudah langsung menguasai dan mampu
mempraktikkannya dengan cakap. Bahkan hipnoterapis yang cakap melakukan terapi
belum tentu cakap melakukan hypnoselling.
Selling atau penjualan meliputi banyak hal, antara lain, product
knowledge, kemampuan presentasi atau menjelaskan produk atau jasa,
kemampuan membangun rapport, menjalin komunikasi, sikap, rasa
percaya diri, keyakinan, kemampuan mengatasi penolakan (handling objection),
integritas, karakter, dan masih banyak hal penting lain.
Penjualan menjadi dua bagian. Pertama, ini yang biasanya paling sulit
dilakukan, menjual kepada diri sendiri. Kedua, menjual kepada orang lain.
Kesulitan terbesar dalam menjual adalah si penjual tidak bisa menjual
produk atau layanannya kepada dirinya sendiri. Dengan kata lain ia tidak
sepenuhnya yakin, bangga, suka, senang, antusias dengan produk atau jasa yang
ia jual. Bila ini terjadi maka apapun yang dilakukan untuk meningkatkan
penjualan hasilnya tidak akan pernah bisa maksimal. Inilah yang saya sebut dengan mental
block.
Mental block yang menghambat biasanya adalah kepercayaan (belief)
yang tidak kondusif dan tidak mendukung keberhasilan penjualan seperti:
- Saya kan sarjana, masa
jualan… malu-maluin aja.
- Tidak baik mengambil
untung dari orang lain.
- Saya tidak punya bakat
dalam menjual.
- Pasar sudah jenuh…
saat ini susah kalau mau jualan…
- Terlalu banyak
saingan.
- Target terlalu berat.
- Jualan adalah kerjanya
orang kelas bawah.
- Saya takut ditolak.
- dll……
Untuk bisa meningkatkan
penjualan maka mental block ini harus diatasi.
Hambatan lain, yang sering tidak disadari adalah emotional block.
Ini jauh lebih sulit untuk diatasi karena biasanya mengandung muatan emosi yang
(sangat) intens. Aspek hambatan mental ini yang biasanya tidak atau kurang
mendapat perhatian.
Setelah membereskan mental dan emotional block barulah
kita belajar cara efektif menjual kepada orang lain.
Untuk meningkatkan
penjualan disarankan para penjual untuk menjual kepada diri sendiri
dan selanjutnya menggunakan LOA untuk bertemu dengan konsumen yang memang butuh
produk atau jasa yang mereka tawarkan. Bila ini terjadi maka tidak perlu susah
payah untuk meyakinkan konsumen untuk membeli. Konsumen pasti akan membeli
karena mereka membutuhkan produk atau jasa yang ditawarkan. Dengan demikian
tidak terjadi manipulasi, tidak perlu harus menggunakan cara atau teknik
komunikasi tertentu untuk membuat, lebih tepatnya memengaruhi dan “memaksa”,
konsumen untuk membeli.
Mungkin itu yang bisa aku kutip dari artikelnya Adi W Gunawa. Semoga bermanfaat untuk para Marketing dan Selesman dalam melakukan penjualan barang atau jasa yang dimilikinya.
Sumber :
http://adiwgunawan.com/?p=article&action=shownews&pid=222
Tidak ada komentar:
Posting Komentar